Friday, February 09, 2007

Episode 12: Plesir

"Iya.. iya.. besok pagi aku ke tempatmu."
Mau kujemput?
"Ga usah, kayak anak kecil ajah"
Ok deh. Take care, honey.
"OK. Love you.."

click!

Mobil itu sudah melaju di lengangnya jalan Jakarta pada akhir pekan.

"Ciieh absen nih pagi-pagi.." Dodo menyindir gadis yang duduk di belakangnya. Siapa lagi? Ega tentunya.
"Makanya cari pacar dong, Do... biar ada yang ngabsenin.." Ega balas meledek.
"Males ah.. Gw pan paling muda di sini. Ga boleh ngelangkain.. pamali.." Edo menatap sahabatnya yang tengah berkonsentrasi mengendalikan kemudi supaya balik jalannya hei..
Sejenak suasana diam.

"Siapa? Gw?" Yaka menoleh sekejap.
"Kagak. Itu si Rano Karno. Ya elo lah.. dodol!!!"
Yaka tertawa. Ia menatap spion tengah mobilnya. Menangkap wajah ayu yang sedang terkekeh di belakang. " Gw nunggu janda aja kali yah.. Lebih enak"

Ada perasaan tak enak yang muncul di wajah Ega.
"Sarap lo ka.. Demen koq sama barang seken" Dodo tertawa.. "Siapa nih? Dessy Ratnasari, atau Laila Sari?
Semuanya terbahak. Tanpa disadari mereka sudah sampai ke tempat tujuan.

"Monas??" Dodo dan Ega sama-sama terperanjat.
"Yup. Emangnya kenapa? Gengsi sama monas?" Yaka bertanya
"Engga si ka.. Cuman kan gw juga udah tau yang namanya monas." Ega mencoba menjelaskan. "Kenapa ga ke itu aja sih... ehm.. Taman Anggrek yah? Kan lebih romantis.." Ega mengerling genit..
"Hah?" Dodo kaget. "Itu mall loh Ga"
Ega ga kalah terkejut.. "Ealah.. mall tho. Gw pikir taman bunga. Pantes agak2 heran aja, gimana bisa tuh taman muncul di Jakarta"
"Udahlah.. Yuk turun.." Yaka mencoba menyudahi perdebatan itu.

Mereka turun dari mobil. Ega mencoba mengamati sekeliling. Mencari perbedaan Monas masa kini dengan monas yang ditinggalkannya tujuh tahun yang lalu. Banyak juga. Setidaknya air mancur yang bergerak-gerak itu dulu belum ada.

"Aih.... lucu banget kijangnya.." Ega terpana melihat kawanan kijang.
"Yoi. Diboyong dari Bogor noh." Dodo mencoba menjelaskan.
Ega berputar layaknya balerina. Yaka yang baru saja datang, menghampirinya.

"Itu yang namanya Busway?" Ega menunjuk sebuah bus di luar Monas yang berjalan mengikuti sebuah jalur.
"Yes." Yaka menyahut. "Kebanggaan Jakarta". Dia mengedipkan matanya. "Lo tunggu di sini dulu yah. Mau beli tiket"

Yaka berjalan meninggalkan Ega ketika Dodo menghampirinya. "Kagak lagi Ga, kebanggaan Gubernur Jakarta," gantian Dodo yang berkedip.
Ega tersenyum. Tak peduli. Kebanggaan Jakarta atau Gubernurnya, yang jelas ia amat merindukan kotanya ini.

DUK!
"Aduh!!!" Ega terkejut. Badannya terhuyung karena tertabrak oleh sesuatu.
"Jambreeet!!!!"

-**-

Episode 11: 7:30

Tok tok tok!

Dubrak!

"Masya Allah, ada mesin giling nabrak!" Ega berteriak kaget. Mimpi apa dia semalam diseruduk sing baurekso di kamarnya sendiri.
"Uugh.. Tuh salahin artis kita, ga!" Dodo menggerutu. "Sepagi ini, gw udah diciduk buat ke sini."
Dodo terhuyung, hingga ia membantingkan tubuhnya di kasur. Tak lama kemudian, Yaka muncul.

"Ngapain sih, Ka?" Ega bertanya terheran.
"Gak tau apa, jam segini gw harusnya masih mimpiin Nova Eliza" Dodo masih saja menggerutu.
Ega tersenyum geli melihat sahabatnya yang besar itu. Serta merta di-"smackdown"-nya Dodo, dan dicubitnya kedua pipi tembem itu.

"Jam berapa chubby? Jam setengah lapan nih.. Malu sama Ayam!" Ega tertawa kecil. Ia berbaring di sebelah Dodo. Yaka pun menyusul berbaring di sampingnya.
Dodo masih membela diri . "Harusnya ayam yang malu lagi. Lah pagi-pagi ga pake baju udah teriak-teriak.." sahutnya, sambil membenamkan muka di antara bantal-bantal.

Yang lainnya tertawa.
"Udah lama kita gak begini yah?" Yaka merasakan kembali kenangan 7 tahun yang lalu. Kenangan saat mereka masih sama-sama dibangku SMA.
"Ho oh. Eh.. tapi bilang dong, ada apaan sih, pagi-pagi dah pada ngungsi ke sini?" Ega memandang Yaka penasaran.
"Kangen," Yaka mencoba untuk menatap perempuan disampingnya itu lebih dalam.
"ABCD," Ega membalikkan badannya.

Suasana menjadi hening.

"Gw pengen ngajak lo jalan-jalan keliling Jakarta. Kan lo udah lama ga balik." Yaka mencoba memecah kesunyian.
Ega bangun dari tidurnya. "Wah asik tuh. Mau kemana kita?"

Yaka tersenyum. "Pokoknya ada deh.. Yang penting mandi dulu sanah.."
"Enak aja.. udah kalii.."
"Koq masih bau?" Yaka mengendus-endus. Mencari asal bau kecut itu.

Keduanya berteriak.. "Dodo!!!!!"

Tidak ada jawaban.

Keduanya berteriak.. "Dodo!!!!!"

"Grroook"

Tidak ada ampun lagi. Mereka menyeret Dodo dengan paksa. Dan akhirnya, secara kompak dan sukses, mereka berhasil menggiring Dodo ke kamar mandi.

"Gila tuh anak pagi-pagi udah ngajakin angkat beban," napas Ega terputus-putus. Rasanya habis mengangkut 5 karung beras bolak balik.
"Hhhh. hhh.. Punya dua orang lagi temen kayak gitu, Ga, wah ga sanggup deh" balas Yaka. Bulir-bulir keringat mulai nampak di dahinya. "Tissue dong.."

"Tuh.." Ega menunjuk dengan kepalanya. Tangannya sibuk menepuk-nepuk mukanya dengan bedak. "By the way, ka, ga syuting?"
"Nope, minggu libur"
Ega menghentikan kegiatannya dan berbalik. "Ga malem mingguan nih?" alisnya terangkat seolah menggoda. Kemudian ia kembali lagi ke urusan bedaknya.

"Pacar maksudnya?" tanya Yaka.
Ega mengangguk.

"Susah carinya Ga"
"Koq?" kali ini Ega memoles bibirnya dengan lip gloss.. "Lo kan artis. Seharusnya jadi simple buat lo"
"Kebalik. Malah susah dong." Yaka duduk di ranjang, tidak jauh dari meja rias Ega. "Mana yang bener-bener suka karena seorang Rayaka Untara. Bukan Bisma Rakaya?"
Dia..... bener-bener berubah..

Ega menggeret laci mejanya. Mengeluarkan seluruh koleksi aksesorisnya.
"Emang lo pengen yang kayak apa?" ia mulai memantas-mantaskan aksesoris dengan dirinya di depan cermin itu.

"Hmm.. apa yah? Ga tau juga. Masalah chemistry sih." Yaka menghampiri sahabatnya itu. "Yang jelas, kalo gw udah merasa beruntung banget mendapatkan dia sebagai teman hidup, itulah jodoh gw".
Ega tercenung.

"Pake ini aja. Cantik," Yaka memungut satu aksesoris.
"Eh, kenapa kemaren langsung sign off?" tanyanya sambil memasangkan aksesoris itu di leher jenjang Ega.

"Eh.. ehm.. tiba-tiba mati lampu" suara Ega tergetar..
"Oh.. Dah, selesai. Tuh kan cantik.." Yaka selesai memasangkannya. "Namanya apa si?"
Ega diam sejenak. Dia tersenyum.
Bener-bener ga berubah


"Jamrud," mukanya bersemu merah.

Yaka menunduk, mendekatkan bibirnya ke telinga perempuan cantik yang duduk di depannya
"Emerald...."

-**-