Friday, February 09, 2007

Episode 11: 7:30

Tok tok tok!

Dubrak!

"Masya Allah, ada mesin giling nabrak!" Ega berteriak kaget. Mimpi apa dia semalam diseruduk sing baurekso di kamarnya sendiri.
"Uugh.. Tuh salahin artis kita, ga!" Dodo menggerutu. "Sepagi ini, gw udah diciduk buat ke sini."
Dodo terhuyung, hingga ia membantingkan tubuhnya di kasur. Tak lama kemudian, Yaka muncul.

"Ngapain sih, Ka?" Ega bertanya terheran.
"Gak tau apa, jam segini gw harusnya masih mimpiin Nova Eliza" Dodo masih saja menggerutu.
Ega tersenyum geli melihat sahabatnya yang besar itu. Serta merta di-"smackdown"-nya Dodo, dan dicubitnya kedua pipi tembem itu.

"Jam berapa chubby? Jam setengah lapan nih.. Malu sama Ayam!" Ega tertawa kecil. Ia berbaring di sebelah Dodo. Yaka pun menyusul berbaring di sampingnya.
Dodo masih membela diri . "Harusnya ayam yang malu lagi. Lah pagi-pagi ga pake baju udah teriak-teriak.." sahutnya, sambil membenamkan muka di antara bantal-bantal.

Yang lainnya tertawa.
"Udah lama kita gak begini yah?" Yaka merasakan kembali kenangan 7 tahun yang lalu. Kenangan saat mereka masih sama-sama dibangku SMA.
"Ho oh. Eh.. tapi bilang dong, ada apaan sih, pagi-pagi dah pada ngungsi ke sini?" Ega memandang Yaka penasaran.
"Kangen," Yaka mencoba untuk menatap perempuan disampingnya itu lebih dalam.
"ABCD," Ega membalikkan badannya.

Suasana menjadi hening.

"Gw pengen ngajak lo jalan-jalan keliling Jakarta. Kan lo udah lama ga balik." Yaka mencoba memecah kesunyian.
Ega bangun dari tidurnya. "Wah asik tuh. Mau kemana kita?"

Yaka tersenyum. "Pokoknya ada deh.. Yang penting mandi dulu sanah.."
"Enak aja.. udah kalii.."
"Koq masih bau?" Yaka mengendus-endus. Mencari asal bau kecut itu.

Keduanya berteriak.. "Dodo!!!!!"

Tidak ada jawaban.

Keduanya berteriak.. "Dodo!!!!!"

"Grroook"

Tidak ada ampun lagi. Mereka menyeret Dodo dengan paksa. Dan akhirnya, secara kompak dan sukses, mereka berhasil menggiring Dodo ke kamar mandi.

"Gila tuh anak pagi-pagi udah ngajakin angkat beban," napas Ega terputus-putus. Rasanya habis mengangkut 5 karung beras bolak balik.
"Hhhh. hhh.. Punya dua orang lagi temen kayak gitu, Ga, wah ga sanggup deh" balas Yaka. Bulir-bulir keringat mulai nampak di dahinya. "Tissue dong.."

"Tuh.." Ega menunjuk dengan kepalanya. Tangannya sibuk menepuk-nepuk mukanya dengan bedak. "By the way, ka, ga syuting?"
"Nope, minggu libur"
Ega menghentikan kegiatannya dan berbalik. "Ga malem mingguan nih?" alisnya terangkat seolah menggoda. Kemudian ia kembali lagi ke urusan bedaknya.

"Pacar maksudnya?" tanya Yaka.
Ega mengangguk.

"Susah carinya Ga"
"Koq?" kali ini Ega memoles bibirnya dengan lip gloss.. "Lo kan artis. Seharusnya jadi simple buat lo"
"Kebalik. Malah susah dong." Yaka duduk di ranjang, tidak jauh dari meja rias Ega. "Mana yang bener-bener suka karena seorang Rayaka Untara. Bukan Bisma Rakaya?"
Dia..... bener-bener berubah..

Ega menggeret laci mejanya. Mengeluarkan seluruh koleksi aksesorisnya.
"Emang lo pengen yang kayak apa?" ia mulai memantas-mantaskan aksesoris dengan dirinya di depan cermin itu.

"Hmm.. apa yah? Ga tau juga. Masalah chemistry sih." Yaka menghampiri sahabatnya itu. "Yang jelas, kalo gw udah merasa beruntung banget mendapatkan dia sebagai teman hidup, itulah jodoh gw".
Ega tercenung.

"Pake ini aja. Cantik," Yaka memungut satu aksesoris.
"Eh, kenapa kemaren langsung sign off?" tanyanya sambil memasangkan aksesoris itu di leher jenjang Ega.

"Eh.. ehm.. tiba-tiba mati lampu" suara Ega tergetar..
"Oh.. Dah, selesai. Tuh kan cantik.." Yaka selesai memasangkannya. "Namanya apa si?"
Ega diam sejenak. Dia tersenyum.
Bener-bener ga berubah


"Jamrud," mukanya bersemu merah.

Yaka menunduk, mendekatkan bibirnya ke telinga perempuan cantik yang duduk di depannya
"Emerald...."

-**-

No comments: