Sunday, January 07, 2007

Episode 8: Benda Itu Adalah...

Tangan Dodo digenggam oleh satpam Bandara yang rupanya sedikit enggan mengizinkan Dodo untuk masuk.

”Anu pak.. anu... mmm.. mau jemput orang,” sahut Dodo sambil agak nyengir.
”Anda keluarganya?”
”Bukan pak. Saya...”
”Sodaranya?”
”Bukaan pak, itu saya...”
”Pacarnya?”
”Waah... bukan..bukan pak”
”Anda bukan sopir taksi kan?”
”Bukaaaaaan Paaaak...... Saya sahabatnya”, sahut Dodo rada bete.
”Ooooo bilang dong dari tadi, saya kira supir taksi. Silahkan masuk dik”. Satpam itu cengengesan. Tampangnya puas ngerjain anak yang naif tak berdosa itu.

Dodo pun melangkah ke dalam sambil celingukan lagi.

Di dalam, Dodo melihat puluhan penumpang tengah mengantri untuk mengambil barang bagasinya masing-masing. Beberapa di antara penumpang membawa kereta dorong yang akan dipakai untuk ngangkut koper-koper mereka. Dodo berpikir cepat. Dia langsung celingukan mencari kereta dorong yang belum berpenghuni.

Aduh gak ada yang kosong lagih

Dodo kembali celingak-celinguk. Menjulurkan kepala, toleh kanan dan kiri. Di ujung sana ia melihat apa yang dicarinya.

Bukan, bukan Ega. Melainkan kereta dorong.

Segera saja Dodo menghampiri dan mendorong kereta dorong tersebut (ya iyaalah.. masa dipikul). Dengan berjalan setengah cepat Dodo membawa kereta dorong tersebut.

”Ehh ehh mas!! Itu kereta dorong saya!!” terdengar suara perempuan berteriak.
Fiiu fiiu. Dodo bersiul. Berusaha untuk mengacuhkan suara itu
Tidak mempan. Seorang perempuan keburu menghadangnya.

Hmm.. Cantik. Manis. Seksi? Dodo jarang menilai perempuan dari seksi atau tidaknya. Dia bahkan bingung definisi seksi sendiri itu seperti apa. Yang jelas perempuan dihadapannya begitu memukau bagi Dodo.

Perempuan itu menatap tajam pada Dodo. Seolah berteriak Kembalikan kereta dorongku, hai bedebah! Pria Jalang!

Sontak Dodo mendorong keretanya.

DUGH!

Dalam adegan lambat, kereta itu menabrak koper yang tengah berdiri tegak. Menjatuhkan koper dan menghamburkan isinya ke lantai.

”Yaaa aaampuuuun ...... kooooopeeeer guuuuee....”

Bujuuut. Dodo terkesiap. Tidak disangka tindakannya berakibat buruk. Ingin rasanya dia mengangkat celananya, mencopot sendalnya, agar bisa kabur secepat mungkin. Untung Dodo bukan orang seperti itu. Dia segera ikut membantu perempuan cantik tersebut mengumpulkan isi koper yang berserakan di lantai.

”Aduh maaf mbak, saya ga bermaksud....”
Perempuan itu menoleh, menatap tajam ke arah Dodo, lalu menghela nafas. Kemudian dia melanjutkan lagi mengumpulkan barangnya. Dari wajah perempuan tersebut Dodo dapat melihat kepenatan yang memancar dari tatapan matanya yang sayu, entah karena Dodo atau masalah lain yang sama sekali bukan urusannya.

Panggilan, kepada saudara Dodo.
Kepada saudara Dodo.
Ditunggu temannya di mobil.
Terima kasih.


Dodo tersadar akan tujuannya. Ega, ega dan ega. Dia berdiri. Kemudian kembali jongkok. Berdiri dan jongkok lagi. Perempuan itu melihatnya dengan aneh.

”Udah mas, saya gak pa pa kok”, ujar perempuan itu.
”Ooh.. iya..iya mbak, maaf saya terburu-buru, saya ditunggu teman saya....maaf..tadi saya bener-bener...”. Dodo gugup. Baru sekali ini dia merasa sebersalah ini.
”Iya, ga pa pa kok mas, udah ditunggu temennya kan”

Dodo mengangguk dan segera berlari kecil meninggalkan perempuan itu.

”Dik, pacarnya mana? Gak jadi landing ya? Kok keluarnya sendirian?” Tanya satpam yang tadi sambil cengengesan.
”Bodooooo amat !!!...........”

Dodo tidak peduli. Kesadarannya ia curahkan untuk bertemu Ega secepat mungkin. Yang tidak disadarinya adalah barang bukan miliknya yang masih digenggamnya erat-erat.

Dan barang itu adalah....

-**-

No comments: