Saturday, September 27, 2008

Episode 15: Tugu Tugu Jakarta

Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno Hatta


"Duh.. kalo denger ini gw merinding." Ega memegang tengkuknya. Ia dan yang lainnya baru saja mendengar rekaman suara Bung Karno saat membacakan teks proklamasi.

Mungkin bagi orang Indonesia yang tinggal di Indonesia, mereka tidak merasa istimewa dengan hal-hal seperti ini. Tapi bagi Ega dan orang-orang lain yang tinggal lama di negeri orang, sekecil apapun hal-hal nasionalisme yang terpercik bisa menimbulkan kehangatan dan kerinduan akan kampung halaman.

Ega berdiri.

"Ada satu lagi yang selalu bikin gw merinding"
"Pasti suara gw.." Dodo mencoba menebak
"Bukan"
"Kalo gitu Pocong," Dodo menebak lagi
"Sembarangan"
"Genderuwo? kuntilanak? Wewe Gombel?"

Ega melotot. Dodo nginyem.
"Abis apaa doong?" Dodo menyerah.

Ega berputar-putar layaknya balerina. Matanya terpejam. Mulutnya menyanyikan sebuah lagu nasional.

Tanah Aiir Kau tidak kulupakaaan
Kan terkenaaang selaama hidupkuu


Dodo, Yaka, dan Kayla berpandangan. Mereka merapatkan duduknya.

"Gawat, ka. Sebelum dia diciduk security mendingan kita cabut." Dodo memberi usul.
"OK deh. Kita ke atas yuk." jawab Yaka.

Biarpun sayaaa pergi Jauuh
Tidak kan hilang dari kalbuuu


"Tapi aku di sini dulu yah mas.. Aku pengen liat diorama dulu." Kayla memohon izin.
"Ya udah deh. Do lo temenin Kayla yah.." Yaka mulai berdiri. Ia was was melihat Ega yang mulai dikerumuni masa..
"Ho oh"

Tanahku yang
Kucin...


Sssett.. Yaka menggamit tangan Ega dan langsung membawanya jauh-jauh dari situ...

Tai!!!!! sisa lagu dengan suara out of pitch itu terdengar dari kejauhan.

Sesaat kemudian suasana menjadi hening. Yang tersisa hanyalah gelengan kepala para pengunjung yang baru saja melihat suatu fenomena aneh.

Kayla beranjak menuju ruang diorama. Dodo mengikutinya. Ruang diorama seperti lorong. Di lorong itu terdapat kaca-kaca di dinding kiri dan kanannya. Tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Masing-masing berada dalam kecanggungan.

"Kamu kenal Yaka, ehm.. maksud aku Mas Bisma dari mana?" Dodo mencoba memecahkan kesunyian yang ada.
"Oh, Mas Bisma temennya kakakku, Mas" Kayla menjawab. Tatapannya masih tertuju ke patung-patung kecil di depannya. "Mereka satu sinetron sekarang,"
Dodo menghampiri. "Panggil Dodo aja."
Kayla menoleh. Ia mengangguk dan tersenyum. Kemudian memalingkan mukanya kembali.

"Cewek kayak kamu kenapa ada di Monas?" Dodo mulai membuka percakapan lagi.
"Cewek kayak aku?" Ia menoleh lagi. Kali ini dengan tatapan yang agak tajam ke arah Dodo.
"Ya m..maksud aku, jarang-jarang ada anak muda yang masih minat dateng ke Monas." ia mencoba menjelaskan.

Kayla meninggalkan Dodo, dan beranjak ke diorama yang ada di belakang mereka.
"Aku ada liputan tadi. Aku wartawan".
"Oh wartawan.." Dodo berbalik. Sekarang yang tampak di depannya adalah bagian belakang tubuh Kayla. Dalam tempaan temaram cahaya, tubuh itu membentuk siluet indah.
"Iya tapi rusak gara-gara jambret sialan .." sungut Kayla.

"Kenapa kamu ga liput aja tentang tugu-tugu jakarta?" Dodo beranjak menghampirinya.
Kayla menoleh. Ada rasa penasaran di raut wajahnya. "Maksudnya?"
"Kamu tahu gak mitos Monas ini?"
Kayla menggeleng.

"Kamu tau kan tugu ini dibangun oleh Soekarno?" ujar Dodo. Kali ini ia memaksa matanya untuk tidak melihat ke arah Kayla.
"Iya. Terus?" mata Kayla terus menatap Dodo
"Konon, ini bisa dilihat oleh Soekarno dari istana." Dodo menoleh. "Dan dari sana, tugu ini menyerupai seorang wanita."

Kayla berpikir sejenak. "Ah masa sih?? Bohong ah." Kayla tidak percaya. Ia pergi meninggalkan Dodo, menuju Diorama yang ada di sebelahnya.
"Namanya juga mitos. Mana kita tau bener atau engga kan?"

Dodo melanjutkan lagi.

"Kamu tau gak mitos kemacetan yang ada di tugu Tani itu ada hubungannya sama si tugu tani itu?"
"Ah paling bohong.." ujar Kayla.
"Kan udah dibilang, 'namanya juga mitos..'"
"OK. Emang apa hubungannya?" Kayla penasaran.
"Soalnya Pak Tani sama Bu Taninya lagi berantem. Jadi banyak yang nonton deh." Dodo tersenyum.
"Ih, males.." Kayla mengulum senyumnya. Mencoba sebisa mungkin tidak terlihat oleh Dodo.

Dodo menghampiri Kayla. Tapi Kayla sudah beranjak lagi dari diorama yang satu ke diorama lain. Dodo mulai tersadar bahwa Kayla sedang menghindar darinya.

"Kenapa juga musti berantem?" Kayla iseng menimpali.
"Soalnya Bu Tani pengen kembali ke Desa, tapi ga bisa, karena di sekitar tugu itu ada tulisan DILARANG MENGINJAK RUMPUT".

Kayla tertawa. Kali ini dia sudah tidak tahan lagi.
Dodo tersenyum. Tapi ia tidak berani mengejar Kayla lagi.

"Kamu tau ga Patung Pizza?" kali ini Kayla yang bertanya.
"Yang mana yah?"
"Itu yang di Bundaran Senayan" Kayla menjelaskan. Ia menghampiri Dodo. Dodo kaget.
"Kenapa tampangnya si patung marah?" Kayla bertanya.

Kali ini Dodo yang pergi meninggalkan Kayla. Ia berpikir keras tapi tak menemukan jawaban yang masuk akal maupun tidak masuk akal.

Dodo membalikkan badannya. "Kenapa?"
Kayla tersenyum. "Soalnya dia bingung, mau nutupin celananya yang robek-robek, tapi repot megang mangkok api".
Dodo tertawa. "Ih, cantik2 koq ngeres sih?"
"Yeeeee..." Kayla tertawa.

"Satu yang pasti, Kay. Semua tugu itu dibuat ga maen-maen. Semua tugu, mulai dari Tugu Dirgantara di Pancoran sampai Tugu Selamat Datang di bunderan HI, semuanya indah. Kayak yang satu ini." Dodo memandang ke depan.

Kayla penasaran, dari tempatnya ia tidak bisa melihat tugu yang dimaksud oleh Dodo. Ia menghampiri Dodo, tapi Dodo sudah beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Ia berdiri persis di tempat Dodo memandang, tapi yang dilihat hanya sebuah cermin.

Dirinya, ya salah satu tugu indah itu adalah dirinya. Kayla tersenyum, kemudian berlari mengejar Dodo..

No comments: