Thursday, December 30, 2010

Episode 22: To Me You Are Perfect


Pintu teater telah dibuka. Orang-orang berduyun-duyun keluar, salah duanya Dodo dan Kayla.

“Ehm.. mau makan malam Kay?” Dodo menawarkan diri
“Aduh gimana yah.. Aku tadi udah makan” Kayla mencoba untuk menolak dengan halus.
”Kalo gitu temenin aku makan aja deh. Heheheehehe”
”Idih kayak anak kecil aja,” ia meledek Dodo. Sesungguhnya ia benar-benar enggan untuk makan malam.
”Bukan gitu. Kalo ga ada kamu siapa yang mau bayarin?” Dodo ngelesh.
”Jadi gitu? Katanya kemaren ga mau ditraktir?” Kayla meledek lagi.
”Kamu tau, kata pepatah, kemarin adalah kenangan, hari ini kenyataan, dan masa depan adalah misteri. Kenyataannya aku laper dan ga punya uang, dan suatu misteri kalo sampe semenit lagi aku pingsan di hadapan kamu.” Dodo mulai menyeret Kayla.
”Iiiya iya, ga usah tarik-tarik!” Kayla meronta melepaskan tangannya.
”Eh maaf..” Dodo merasa bersalah. Ia menghentikan langkahnya. ”Kalau kamu ga mau ga papa deh, kita pulang aja.”
Kayla menenangkan dirinya. Sesaat tadi ada rasa panik dan ketakutan yang menyergap dirinya. ”Kalo kamu pingsan di depan aku, ga ada yang kuat gotong. Ayo ikut aku, aku tau tempat enak di sini,” Kayla berjalan mendahului Dodo. Sementara Dodo tersenyum dan mengikutinya.

Restoran itu cukup nyaman, dengan suasana musik yang mengalun perlahan. Dodo dan Kayla tampak asyik berbicara sambil menyantap hidangan yang ada.

”Katanya ga mau makan?” Dodo meledek.
”Yang udah lewat kenangan, kenyataannya sup ini enak banget. Sluurp” Kayla menyeruput kuah supnya.

Dodo tersenyum. Wanita di depannya ini sangat ekspreksif sekali ketika menikmati supnya.

”Gimana menurutmu filmnya?” pertanyaan Kayla membuat lamunan Dodo buyar.
”Ehm So So,” jawab Dodo. “Dari segi gambar bagus banget. Dari segi cerita bikin ngantuk,”
“Hehehe aku juga tuh. Abis bahasanya kaku banget,” sahut Kayla
“Mungkin kata pengamat-pengamat film itu bagus, tapi kalo aku rasa si engga buat konsumennya,” Dodo memberikan pendapatnya. ”Kamu sendiri suka film kayak apa, Kay?”

“Ehm.. komedi romantis,” jawab Kayla sambil mengunyah. ”Notting Hill, Just Like Heaven, Two Weeks Notice, ya kayak gitu lah..”
“Love Actually,” tanya Dodo sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.

“Aehm..” Kayla mengeluarkan bunyi persetujuan dengan kedipan mata dan anggukan yang anggun. Makanannya kini sedang dalam perjalanan di kerongkongan untuk kemudian menuju ke lambung. Matanya mengerjap, berusaha mempercepat awal dari proses pencernaaan itu. Dodo terkekeh. Hampir saja nasi itu menyembur dari mulutnya.

“Bangett..” ujar Kayla begitu ia mulai dapat bersuara. “Apa lagi pas si Mark nunjukin kertas TO ME YOU ARE PERFECT itu. Romantis banget”
“Kiera Knightleynya juga cantik” sahut Dodo sambil menangkupkan sendok dan garpunya. “Mirip Febi Febiola yah?”
“Ngaco kamu..” jawab Kayla sambil mengelap mulutnya. Ia tersenyum. Entah mengapa jika bersama pria yang satu ini, pembicaraan tidak ada habisnya. Tapi ia tidak takut untuk merasakan lebih. Dodo hanyalah teman biasa. Sahabat dari Mas Bisma yang sangat ia hormati.

Kayla menarik napas panjang.
“Kenapa Kay?” tanya Dodo. “Capek?”
“Eh engga. Ini cuman kekenyangan aja.” Kayla buru-buru menghapus risaunya. “Pulang sekarang yuk. Ntar kemaleman”
“Ya udah, biar aku bayar dulu yah.” Dodo menggeser kursinya.
Kayla buru-buru berdiri. “Eh ga usah. Biar aku yang bayar,”
“Jangan ah, masa orang makan berdua yang bayar ceweknya?” Dodo tersenyum. Ia mulai beranjak dari meja. Tapi Kayla buru-buru mencegahnya.
“Emangnya kita nge-date? Lagian tadi kamu kan yang nyuruh aku bayarin?” ada ekspresi gusar di wajahnya. “Udah biar aku aja,” Kayla buru-buru berjalan ke meja kasir.

Dodo bingung. Perempuan ini gampang sekali berubah. Tadinya ceria, kemudian berubah menjadi wanita yang judes. Ia duduk kembali. Tiba-tiba mukanya berubah sumringah. Ia mengambil pulpen dari kantongnya, mengambil tissue dari mejanya, dan kemudian menuliskan sesuatu di atas tissue itu. Di lihatnya Kayla dari kejauhan. Dodo kembali tersenyum.

Dodo menghampiri Kayla yang masih sibuk di meja kasir.
“Lama amat, kurang duitnya yah..?” Dodo meledek.
“Enak aja.. “ Kayla balas mencibir. “Justru uangnya kegedean. Kembaliannya susah,”
“Iya deh. Nih jaketnya ketinggalan.” Dodo menyerahkan jaket Kayla. Sisa-sisa parfum Kayla yang menggelitik hidung Dodo masih menempel di jaket itu.
“Dah yuk pulang,” ajak Kayla sambil memakaikan jaketnya.

Mereka berjalan menuju pintu keluar gedung mal itu. Namun, sampai depan pintu keluar Kayla berhenti. Ia menatap Dodo.
“Thanks yah udah mau nemenin” ujar Kayla sambil tersenyum.
“Sama-sama. Aku anterin pulang yah?”
“Eh ga usah. Aku pulang sendiri aja. Gampang koq,” Kayla menolak dengan halus.
“Ga papa. Beneran,” Dodo masih berusaha membujuk.
“Ga usah deh, lagian kita ga searah.” Kayla mencoba untuk ramah.
Dodo menyerah. Ni cewek kenapa sih?. Ia pamit dan kemudian berlalu.

Kayla kemudian berjalan keluar sambil melongok-longok berharap bis menuju rumahnya cepat datang. Dirogohnya jaketnya mencari sekeping dua keping recehan untuk menggenapkan ongkosnya. Tak ada kepingan disana. Hanyalah selembar tissue makan bekas restoran tadi yang terlipat rapih. Ia tidak ingat bahwa ia pernah mengantungi tissue di restoran itu. Dari atas, ia dapat melihat rembesan tinta yang masih basah. Penasaran, Kayla membukanya.

To me you are perfect :p


Dodo. Ini pasti perbuatan Dodo. Ia tersenyum. Nampaknya tulisan itu membuatnya tersanjung. Dalam senyumnya, ada rasa getir yang kemudian berubah menjadi pahit. Senyumnya kemudian berubah menjadi kedukaan. Matanya berkaca-kaca. Sejenak kemudian ia membuang tissue itu dan berjalan kembali.

-**-

No comments: